Dasrul, SS,. MSi

“Berpikir maju mencari kebaruan melalui ide, dan berani keluar dari zona nyaman”

Dasrul atau pria yang kerap dipanggil “Mak Daih” adalah satu dari sekian pemuda asal Pauh yang berhasil dalam meniti karir. Kegemilangan karirnya tidak lain adalah hasil dari jerih payah dari proses yang panjang. Berbicara tentang proses, bersama memori kolektif Dasrul kita melintasi waktu, dan menarik diri ke dalam cerita hidupnya.

Lahir di Pauh, Padang pada tanggal 28 Desember 1983 dari keluarga sederhana dengan ayah seorang petani dan ibu pedagang kecil yang berjualan setiap hari pekan. Ia adalah satu-satunya anak laki-laki dari lima bersaudara. Sebagai anak laki-laki Dasrul sadar akan tanggungjawabnya untuk memikul beban keluarga kelak di masa depan. Sejak kecil ia sudah terbiasa bekerja keras. Berjualan telur dan gorengan sudah ia lakoni sejak kecil untuk mendapatkan tambahan uang.

Bukan hanya kerja keras, Dasrul kecil itu juga pintar dalam hal akademik. Semenjak bangku sekolah dasar ia sering juara kelas dan ikut lomba dari tingkat lokal hingga tingkat nasional. Pengalaman menaiki pesawat yang langka pada masa itu, juga sudah ia rasakan dari kecil. Dasrul bak bintang di kampungnya, ia terkenal sebagai anak yang pandai sejak kecil, bahkan hingga ia tumbuh dewasa.

Arus waktu sedikit dipercepat ke masa Dasrul tumbuh menjadi seorang mahasiswa. Dasrul memiliki cita-cita menjadi seorang wartawan dan dosen. Sebuah keberuntungan baginya, “sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui” kedua cita-cita itu bisa sekaligus tercapai. Semua itu berawal dari dorongan motivasi orang tua yang berpadu dengan keinginan pribadinya yang kuat untuk mengecap pendidikan.

Pendidikan Dasrul ia tempuh di jurusan Sastra Daerah Minangkabau Universitas Andalas. Awalnya jurusan ini bukanlah minat dari Dasrul, meski ia sudah bergelut dengan dunia kesenian tradisional itu sejak masih dibangku SMA. Ia tertarik dengan dunia hukum. Sempat diterima di jurusan Hukum Universitas Gadjah Mada, namun kondisi ekonomi keluarga yang kala itu tidak baik memaksanya untuk mengurungkan niatnya berkuliah di tanah Jawa. Saking tertariknya dengan hukum, Dasrul juga pernah ingin pindah jurusan ke Hukum Unand meski sudah menjalani perkuliahan di jurusan Sastra Daerah Minangkabau. Pengajuan pindahnya diterima, namun ia sadar waktu yang sudah ia korbankan selama di jurusan Sastra Daerah Minangkabau akan sia-sia. Alhasil arus takdir tetap membuatnya bertahan di jurusan Sastra Daerah Minangkabau.

Akrab dengan dunia kesenian tradisional membuat Dasrul seperti menemukan kecocokan dengan bakatnya. Masa kuliahnya ia maksimalkan dengan organisasi yang berhubungan dengan studinya. Bengkel Seni Tradisional Mahasiswa atau yang biasa disebut BSTM adalah wujud nyatanya. Organisasi ini menjadi wadah Dasrul bersama teman-temannya untuk melanjutkan seni dan tradisi Minangkabau.

Selain itu, Dasrul yang energik senantiasa menggali potensi diri. Semasa kuliah ia juga aktif menulis di koran lokal. Dinamika kampus dengan setiap kegiatan yang bersifat akademik hingga ekstra ia jalani dengan baik. Keseharian itu berakhir ketika ia menyelesaikan studi sarjananya, dan berganti menjadi keseharian baru yang berlatar di dunia kerja.

Banyak yang mengatakan dunia kerja itu keras, namun berbeda dengan Dasrul yang ibarat batu bata yang sudah lama di pemanggangan, semakin lama semakin keras. Pengalaman organisasi dan kerja semasa kuliah, membuat Dasrul matang untuk berkompetisi di dunia kerja pasca kampus. Karirnya diawali dengan menggeluti dunia jurnalistik, sesuai dengan cita-citanya ia menjadi wartawan disalah satu media lokal. Karirnya di dunia jurnalistik seperti api yang diberi kayu, semakin banyak kayunya semakin besar apinya. Begitu juga dengan Dasrul, semakin banyak pengalamannya semakin naik karirnya. Media cetak hingga penyiaran ia geluti. Begitu juga dengan jabatan, berbagai jabatan jajaran redaksi sudah ia kecap, mulai dari wartawan hingga menjadi eksekutif produser.

Berawal dari ketidakdugaan, Dasrul yang bergelut dengan dunia jurnalistik mendapat tawaran untuk melanjutkan studi magister dari kenalannya. Tawaran ini datang bukan tanpa sebab, karena Dasrul memiliki kelebihan dalam dunia budaya dan media. Pucuk dicinta, ulam tiba ia melihat kesempatan untuk berkarir di dunia pendidikan, tanpa menyia-nyiakan kesempatan yang datang Dasrul melanjutkan studinya ke Pulau Dewata di Universitas Udayana. Cita-citanya yang kedua- pun mulai tercapai, sembari berkuliah S2 Dasrul juga mendapat kesempatan mengajar sebagai seorang dosen.

Kembali ke masa sekarang, Dasrul bintang Pauh sudah bersinar lebih terang. Berasal dari pengalamannya, hingga kini ia menjadi lakon di dunia jurnalistik dan akademik. Memiliki beberapa media seperti sumbar satu kreatif dan sumbar ekspress.com serta menjadi dosen luar biasa di Universitas Andalas dan Universitas Bung Hatta.

Beranjak dari pencapaiannya Dasrul berharap agar Unand kedepannya dapat menciptakan kader bangsa yang sesuai dengan tujuan pendidikan Indonesia. Maknanya Unand dapat menjadi kampus penggerak dan bermanfaat untuk masyarakat banyak. Sehingga melalui itu Unand dapat menjadi kampus yang memiliki identitas dan karakternya sendiri. Riski Syukri Zalukhu

.